Rabu, 24 Juni 2009

Udalan/Piodalan Hindu Senduro

UDALAN / PIODALAN

PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG

Drs.H. Nanang Muryanto

(Kepala suku/KUA Senduro)

Udalan asal mula kata dan makna serta bahasa :

- Piodalan adalah kata dan bahasa Bali, maknanya kelahiran.

- Pawedalan adalah asal kata wedal ( keluar ).

- Wethon bahasa Jawa maknanya waktu lahir.

Dengan demikian Umat Hindu Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang khususnya dan Umat Hindu Indonesia umumnya punya kegiatan tahunan yang biasa di peringati atau dirayakan setiap tahun pada bulan Juli, tepatnya pada bulan Purnama, memang Umat Hindu Kecamatan Senduro punya kebanggaan tersendiri dengan memiliki Pura Mandara Giri Semeru agung, yang konon kabarnya Pura terbesar di kawasan Asia Tenggara baik dari segi bangunannya dan sisi lain punya kelebihan yaitu memiliki Air Suci sendiri yang biasa digunakan untuk kegiatan atau persembahan.

Kegiatan tahunan tersebut terkait dengan tahun pendirian Pura tersebut, yang lebih dikenal dengan sebutan “Udalan / Piodalan”, yang mempunyai makna hari jadi, dengan maksud untuk mensucikan bangunansekaliogus untuk mensucikan seluruh Umat Hindu kesalahan, Kekeliruan, kealpaan sebagai manusia dalam tiap tahunnya. Demikian juga bangunan Pura, karena akibat ulah manusia yang keluar masuk Pura dimana kondisi mereka bermacam-macam, ada yang bersih, ada yang tidak bersih seperti haid, nifas, najis dan adapula yang datang ke Pura dengan tujuan rekreasi, tidak melakukan ibadah, oleh karena itu perlu adanya penyucian.

Dalam penentuan tanggal pelaksanaan berdasarkan hitungan ngintek linggih perbamana. Udalan ini memperingati mulainya pemakaian bangunan Pura pertama kalinya dengan sasih artinya kalender yang dipakai perhitungan bulan atau sasih dalam agama Hindu seperti istilah kasa (Bulan) satu, Karo ( bulan ) dua dan seterusnya sampai pada istilah kasanga ( bulan ) 9 kadasa ( bulan ) 10, dari sebutan ini ada ada sebutan yang lebih dikenal dikalangan Umat Hindu yakni ”Purnamaning kasa” maksudnya bulan Purnama pada sasih kasa. Upacara Udalan atau Piodalan ( ulang tahun ) dimulai pada tahun 1992, karena Pura berdiri pada tahun tersebut.

Adapun kegiatan pada acara udalan ( Piodalan ) terdiri dari beberapa fase :

1. Fase nancep sunari, maksudnya menancapkan tiang bendera dari tiang bambu dengan bendera berwarna – warni. Sebagai simbol keagamaan dalam agama Hindu yang dari masing – masing warna bendera punya arti dan makna sendiri – sendri. Dalam acara persiapan ini, panitia mengumpulkan dana dari umat Hindu sendiri yang berupa uang, beras, kambing, ayam, kerbau, pohon pinang, pelepah kelapa dan lainnya, yang kesemuanya ini digunakan untuk kelengkapan kegiatan dan menggantikan yang kelihatan besar seperti tempat sesaji.

2. Fase atur piuning, maksudnya pemberitahuan akan diadakan Udalan / piodalan kepada beliaunya yang di muliakan yaitu Ida Barata yang menjaga atau bertinggal di gunung Semeru ( Lumajang ), gunung Bromo ( Probolinggo ), gunung Raung ( Banyuwangi ), gunung Arjuna ( Pasuruan ), gunung Dieng ( ), gunung Agung ( Bali ), gunung Rinjani ( Lombok ), sekaligus mengambil air suci dari masing – masing gunung yang akhirnya dibawa ke Pura Mandiri Giri semeru Agung untuk dicampur atau dioplos menjadi satu dalam satu tempat yang kemudian di beri puja mantra oleh pendeta / bedande ( Pemangku / atau orang yang di tuakan dalam agama Hindu kemudian di siapkan untuk dicipratkan pada jama’ah yang berkenan hadir.

3. Fase melasti atau pakelem ( Penenggelaman ). Upacara melasti maksudnya upacara mensucikan atau kesucian yaitu menyucikan alat – alat sesaji untuk upacara didalam area Pura yang biasa digunakan kesehariannya dalam memberikan sesaji pada waktu melakukan sembahyang seperti alat tempat air, payung, uang kepeng dan alat lainnya yang perlu disucikan.

Pakelem ( penenggalaman ) atau nglarung sesaji artinya mempersembahkan binatang . sesembahan kepada sang maha kuasa berupa binatang korban dapat berupa kerbau, kambing, babi yang masih hidup, untuk tahun kali ini akan melarungkan binatang kerbau yang mengambil tempat untuk larung sesaji adalah dilaut Watupecak yang terletak di kecamatan Pasirian. Kerbau tersebut di bawa ketengah laut dengan menggunakan jukung ( Sampan ) namun tidak sampai ditengah laut kerbau-kerbau tersebut diminta oleh masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar laut tempat larung sesaji.

4. Fase upacara Mapeda / kesucian

Yaitu binatang yang akan disembelih untuk persembahan dan disesajikan bahan makan seperti ayam, kerbau, kambing, babi, setelah disucikan di bawa putar – putar mengelilingi pura sebanyak tiga kali putaran kemudian disembelih.

5. Fase Puncak acara Udalan ( Piodalan ) adalah sembahyang bersama umat Hindu yang berkenan hadir, yang biasa dikenal dengan Pitra Puja ( Doa bersama ) istilah berkenan hadir bagi umat Hindu yang tidak hadir pada acara tersebut ada disebabkan karena beberapa sebab :

a. kotor ( Haid )

b. Nifas ( Habis melahirkan )

c. Karena berkabung ( kematian )

disamping adanya sembahyang bersama atau doa bersama juga kegiatan seremunial pidato pendalaman atau pencerahan keyakinan bagi umat Hindu dari Bedande atau Paninggih juga diisi dengan hiburan – hiburan tadi dari utusan umat Hindu di luar kecamatan Senduro termasuk tari kesenian Bali, disamping dari umat Hindu senduro sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar